DANAU
BELIBIS
Danau
belibis, sesuai dengan namanya, dimana didanau itu banyak terdapat sebuah
populasi belibis yang hidup di sekitar danau. Danau belibis terletak di atas
ketinggian lebih dari 1000 m Dpl tepat berada di kaki gunung kerinci. Yang
merupakan gunung berapi aktif tertinggi di di indonesia dengan ketinggian 3805
M dpl. Yang secara geografis berada dalam wilayah Taman Nasional Kerinci
Seblat, kecamatan Kayu Aro Barat, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi.
Dilihat secara geografis, danau
belibis merupakan danau tektonik yang terjadi akibat aktivitas gunung berapi,
hal ini dapat kita lihat dari posisinya yang tepat berada di puncak sebuah
bukit.
Danau ini merupakan danau air tawar,
meskipun kualitas air yang tidak terlalu banyak namun tetap selalu ada.
Dipinggiran danau masih terdapat berbagai satwa alam yang masih terjaga, antara
lain burung-burung hutan, kera-kera, monyet, dan sebagainya. Termasuk beberapa
hewan yang cukup berbahaya seperti ular, harimau, yang sekarang jarang ditemui.
Bagi masyarakat kayu aro, danau belibis bukanlah danau
biasa. Akan tetapi merupakan danau yang memiliki sejuta cerita dan misteri.
Disamping juga jarang sekali orang-orang yang berkunjung ke danau tersebut,
menambah misteriusnya danau tersebut.
Penulis sendiri, sudah dua kali
mengunjungi danau tersebut. Akses menuju danau tersebut bisa melalui beberapa
desa yaitu : Kebun Baru, N1, Gunung Labu dan Giri Mulyo. Akses menuju danau
tersebut belum begitu bagus, sehingga kita lebih baik berjalan kakki sambil
menikmati pemandangan alam, kebun-kebun petani di sekitar jalan menuju danau
tersebut.
Sebagaimana cerita-cerita yang telah
penulis dapatkan dari Orang-orang tua, meskipun banyak versi yang berbeda tapi
kebanyakan mereka menceritakan; “ Bahwa Belibis-Belibis penghuni Danau Belibis,
merupakan perwujudan dari Manusia-manusia yang sempat hilang di danau tersebut.
Mereka adalah sekelompok pekerja dalam satu mandoran, atau satu kelompok,
ketika mengadakan sebuah kunjungan ke Danau Tersebut. Mereka semua tidak ada
yang pulang kerumah, dan menjadi belibis penunggu danau. Hal itu terjadi,
ketika awal muasal pembukaan Perkebunan Teh oleh belanda pada zaman dahulu.
Akan tetapi cerita-cerita tersebut
semakin digali semakin panjang bahkan semakin menggelitik, dan juga membuat
bulu kuduk yang mendengarnya langsung berdiri.
Menampihkan semua cerita-cerita
misterius tersebut, kita seharusnya sadar akan semua yang alam berikan. Kita
harus menjaganya. Ironis, ketika saya berkunjung ke danau tersebut, kondisi hutan
sudah berubah menjadi lahan pertanian, tepat di pintu rimba menuju danau
merupakan ladang masyarakat. Ironis daerah yang seharunya di jaga kelestraian,
apalagi berada dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat.
Kawasan hutan yang seharusnya
menjadi tempat serapan air, kini telah beralih fungsi menjadi ladang masyarakat,
hal itu bisa kita lihat sepanjang jalan. Padahal sebenarnya sudah ada batas
rambahan hutan. Tapi itulah manusia, tidak mempunyai rasa puas akan yang telah
ada. Dapat di bilang, Kalau Gunung Kerinci Belum Gundul, Belum Berhenti Mereka
Merambah Hutan.
Kesadaran yang rendah akan
perlindunngan alam sesungguhnya akan berimbas pada masyarakat itu sendiri. Hal
yang paling nyata adalah kurangnya sumber air yang ada, kekeringan saat musim
kemarau. Seharusnya kondisi di kaki gunung dengan alam yang terjaga dapat
menjamin persediaan air. Tapi saat ini, kondisi sumber air banyak yang
berkurang bahkan mati. Ketika aku masih kecil, masih teringat ketika anak-anak mandi di sungai dengan riangnya, tapi sekarang debit air yang ada hanya beberapa senti, bahkan batu kali pun terlihat. Hal ini merupakan, efek nyata dari rusaknya alam, khusunya di kawasan kaki gunung kerinci.
berkurang bahkan mati. Ketika aku masih kecil, masih teringat ketika anak-anak mandi di sungai dengan riangnya, tapi sekarang debit air yang ada hanya beberapa senti, bahkan batu kali pun terlihat. Hal ini merupakan, efek nyata dari rusaknya alam, khusunya di kawasan kaki gunung kerinci.
Semoga tulisan ini, memberikan tidak
hanya informasi akan tetapi pesan dan nasehat, agar kita menjaga alam dengan
segala yang ada, dengan segala kisah dan kelestraiaanya. Menjaga alam akan
memberikan manfaat kepada kita, kepada kehidupan. Karena kehidupan bukan hanya
Saat ini, tapi juga akan datang.
Ahmad Ihsan
11 Oktober 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar